Cerita Magang di Kementerian Luar Negeri
*Awal
mula masuk Kemlu
Pada hari Jumat 23 Januari 2015,
gue berpamitan berangkat ke Jakarta ke orang tua gue, saudara-saudara gue dan
juga temen-temen gue yang lagi sibuk magang duluan. Setelah hampir satu
semester kelompok PKL/ Internship gue jungkir balik ngirim surat, neror lewat
telepon dan sampai detik 2 minggu sebelum keberangkatan kita masih aja
digantung oleh Kemlu tempat kita bermaksud PKL dengan tanpa kepastian. Bayangin
ini lebih galau daripada digantung gebetan yang gak jelas, galau lagi ketika lo
ngeliat temen-temen lo udah ada yang mulai PKL, udah ada yang tinggal berangkat
ke kota dia magang, udah yang ada persiapan ini itu, laaaahh… gue ?
diterima apa nggak aja belom tahu. Ibarat, lo jomblo liat temen-temen lo udah
pada punya pacar, udah pada tunangan, udah ada yang nikah bahkan punya anak, kan…
sakit kalo lo masih aja digantungin.
Sampai akhirnya pada suatu Selasa
pagi saat ada acara sosialisasi jurusan, gue dapet telpon dari temen gue PKL dan
disuruh kumpul ke B3 Park. Gue kira bakal ada berita bahagia disitu, pas gue
udah nyampe sana ternyata keadaan berkata sebaliknya. Gue liat muka temen-temen
gue kebingungan, kecut, pada ditekuk dan satu orang lagi nangis, disana gue
dijelasin kalo alasan kenapa selama ini kita gak mendapat jawaban dan kepastian
dari Dirjen pihak Kemlu karena kita udah ditikung sama kelompok lain, kelompok
PKL dari angkatan kita juga yang memang sama berniat kesana, diam-diam mereka
ikut mengirim surat permohonan PKL dan menelpon salah satu staff agar dapat
dimasukan, ya kita kira mereka temen. Disitu gue merasa kadang kepastian itu
penting, sakit atau seneng hanyalah bagiannya, dan setidaknya kita tak lagi
harus menunggu kejelasan dengan penuh keraguan. Sampai pada suatu titik terang,
dosen pembibing gue gak terima kita ditikung seperti itu, namanya juga dosen
pasti punya banyak relasi dimana-mana, akhirnya pada hari itu saat kami tahu
bahwa kita telah dikhianati, disaat itu pula kita mendapat ganti. Akhirnya,
kita diterima di Kementerian Luar Negeri Direktorat Jendral Protokol dan
Konsuler, Direktorat Fasilitas Diplomatik. Mungkin kita tidak berada pada
tempat yang kita inginkan, tapi setidaknya kita ditempatkan pada tempat yang
menginginkan kita.
*Kegiatan di
Kemlu
Hari pertama
gue berangkat PKL ke Kementerian Luar Negeri RI adalah hari dimana kita
berangkat kepagian, 1 jam sebelum jam kantor kita udah stay di depan gedung kita. Dan hal yang paling memalukan adalah…kita
nunggu didepan gedung sampai kantor rame supaya bisa masuk ke dalamnya karena
gedung di Kemlu semuanya harus memakai Id
card sebagai kunci membuka security
door. Lah… kita gak memungkinkan dong untuk lewat security door, karena
kita mah apa, cuma anak magang tanpa identitas buat bisa buka pintu masuk. Pfffft
Setelah
kantor lumayan rame, seorang security di gedung kami menghampiri kita dengan
menanyakan maksud kita datang kemari, udah bisa dipastikan satpam tersebut
ngira kita adalah anak magang baru. Akhirnya, satpam tsb membukakan pintu masuk
melalui kunci id cardnya dan mempersilahkan kami naik lift ke lantai 4. Lantai dimana
semua cerita magang ini akan terjadi, Direktorat Fasilitas Diplomatik, Kemlu
RI. Hari pertama kita menginjakan kaki kita di lantai 4, kita disambut oleh
seorang pegawai disana saat kita menunggu di lobi dan menanyakan maksud kami. Dia
berperawakan tinggi, kurus, berkerudung rapih dan bersepatu hak. ”Kalian anak
magang yang dari Semarang itu ya ? tunggu sebentar ya.. pak direkturnya
sedang ada rapat dengan Embassy Aussi, kalian bisa tunggu dulu? Nama saya Mawar”
kami hanya menyanggupi patuh dan menunggu sampai selesai rapat. Selang beberapa
menit kemudian, datang seorang lagi perempuan perawakan pendek, gendut, rambut
kriting dan gaya modis menghampiri kita. ”kalian anak magang ya? tadi sudah
dipanggilkan Pak Direktur belum ya? ” gue menjawab ”udah kok mbak, tadi
udah dipanggilin sama mbak Mawar tapi Pak Direkturnya lagi rapat” reaksi si
mbak tadi terlihat bingung namun mengiyakan. Entah kenapa, ternyata ada yang
salah sama pendengaran gue, bukan tepatnya pendengaran kita semua. Perempuan tadi,
yang kurus tinggi itu bukan bernama Mawar tapi Nur… lah pantesan mbak yang tadi
nanyain kita mukanya bingung, terus cuma mengiyakan aja pula. Setelah menunggu
agak lama sekitar 1 jam, akhirnya datang bapak Yusuf, kepala Kasubag TU menemui
kita di Lobi dan membawa kita ke ruang dipojok kanan, ruangan pak Direktur
kita. Setelah di briefing dan diperkenalkan mengenai fungsi subdit disini,
pekerjaan-pekerjaannya dan segala macam mengenai Fasilitas Diplomatik akhirnya
kami diajak lagi berkunjung ke ruangan Kasubdit disini, sekitar 4 ruang lagi kasubdit
untuk kami singgahi. Kesan pertama kami hanya iya-iya aja, sopan-sopan aja dan
senyum-senyum aja saat mereka satu persatu menjelaskan mengenai tugas subdit
yang mereka pimpin. Di Direktorat Fasilitas Diplomatik ini ada 4 sub direktorat
yang menagani berbagai masalah fasilitas diplomatik, yaitu :
1.
Subdit DAFIS (Subdit Akreditasi, Kunjungan dan
Identitias)
Dipmpin
oleh seorang ibu paruh baya yang cantik dan baik sekali bernama bu Mona,
disubdit
menangani masalah pembuatan ID card untuk Perwakilan Asing di Indonesia, menangani
pembuatan Pas Bandar mereka dan juga menangani perizinan Perwakilan Asing untuk
kunjungan mereka ke daerah-daerah tergolong rawan seperti Papua, Aceh, Medan,
Mataran dll.
2.
Subdit Rantor dan
Barang
Dipimpin
oleh seorang bapak tua yang kocak dan penuh tawa, Bapak Ahmad Mulia Karnida atau Bapak Dani, entah darimana nama
panggilan Dani-nya muncul ya ?
Disubdit
ini menangani masalah pembuatan plat nomor untuk Kedutaan di Indonesia dan juga
menangani pembelian mobil dan penjualan mobil Perwakilan Asing maupun
penghancuran mobil mereka saat Plat CD/CC milik Kedutaan sudah disalah gunakan,
disini juga menangani masalah bea cukai barang impor atau ekspor milik
Perwakilan Negara Asing (PNA) atau Organisasi Internasional (OI) yang masuk ke Indonesia, karena menurut kekebalan
yang ada mereka akan dibebaskan dari segala macam pajak.
3.
Subdit Perpajakan dan Prasarana
Dipimpin
oleh seorang perawakan om-om berkaca mata dan logat batak kental namun ternyata
dia bukan orang Batak tapi malah orang Solo, entah darimana itu logat Bataknya.
Disubdit
menangani masalah restitusi, pajak dimuka maupun pengembalian pajak PNA atau OI
yang dibayarkan oleh mereka karena merek berhak bebas dari segala macam pajak
yang ada di Indonesia, disubdit ini juga menangani masalah Apartemen atau rumah
mereka agar dibebaskan dari segala pajak tersebut.
4.
Subdit Pengawasan, Perijinan dan Bangunan
Dipimpin
oleh seorang Bapak yang baik hati, ramah dan suka menebar senyum namun Bapak ini
bisa dibilanh orang tergabut yang selalu mencari-cari orang atau bahkan mampir
ke meja staffya untuk diajak ngobrol. Gabut banget kan subdit satu ini.
Disubdit
ini mereka menangani mengenai pengawasan Pejabat Negara Asing setingkat
Presiden dan Menteri yang datang ke Indonesia supaya mereka aman saat berada
disini, disini juga menangani menegenai perizinan bangunan untuk Kedutaan yang
ingin membangun kantornya karena pembangunan sebuah gedung Kedutaan harus
berdomisili di Jakarta dan harus didaerah-daerah tertentu yang berkategori
daerah kantor bukan perumahan.
Setelah cukup
mual dengan briefing tugas-tugas di Fasdip ini tanpa tahu pasti sebenernya
mereka ngomongin apaan, akhirnya kita masing-masing dibagi ke subdit berbeda
untuk perputarannya seminggu sekali. Minggu pertama ini saya menempati subdit
DAFIS. Pertama saya disini, saya baru saja duduk di meja kerja saya dan seorang
Bapak-bapak eh.. bukan tepatnya kakek-kakek perawakannya tinggi, kurus, sipit,
berkaca mata dan turunan Cina menghampiri saya dan meminta untuk mengedit
revisian Nota balasan untuk Kedutaan Aussie kemudian dia meningalkan meja
begitu saja. Setelah gue edit dan gue print, gue menghabiskan sekitar 10 lembar
kertas yang harusnya untuk 1 lembar surat, karena gue selalu tidak pas saat
menempatkan kop garuda dikertas itu. Akhirnya, gue simpen rapat-rapat seluruh
kertas yang salah dan akhirnya gue berhasil ngeprint dengan benar. HAHA. Akhirnya
gue kembali duduk ke meja kerja gue dan berpura-pura sok sibuk, disini meja kerja
gue tanpa sekat dan bersampingan dengan seorang bapak berkumis tebal mirip pak
Raden, ia bernama bapak Agus. Beliau meminta saya untuk membuat kartu TIK
identitas Diplomatik, saya diajari beliau cara mencari datanya, cara
ngeprintya, dan cara memilih warna kertas yang berbeda untuk berbeda jenis
diplomatiknya. Akhirnya,
pak Agus datang dan memberi sekitar 9 tumpuk berkas ID card untuk diselesaikan.
Jangankan Sembilan, baru dapat satu berkas aja gue udah kewalahan. Gue nanya lagi gimana caranya,
gue salah ngeprint berkali-kali dan kadang salah ngetik entah itu nomor
pasportnya, jabatannya atau apapun yang bikin gue ngehabisin kertas, ibarat 5
kertas salah untuk 1 kertas benar. HAHA.
Tapi setelah satu hari disini,
kakek-kakek tua tadi bernama Pak Richard datang dan mengobrol banyak dengan
saya disusul oleh staff OS pak David yang ikut mengobrol dengan saya dan Pak
Richard, mereka benar-benar ramah dan baik sekali. Meskipun awalnya saya takut
dengan bapak Agus karena telah salah berkali-kali, gue baru sadar bahwa Pak
Agus baik hati, sabar sekali mengajari gue yang oon ini dan dia nggak sejahat
mukanya. hehehe satu lagi diplomat muda cewek, bernama Ratu disubdit ini, dia
selalu terlihat rapih, berkurudung bulat dan agak kemayu tapi baiknya bukan
main. Gue, selalu diajari ini itu, diajak kesini kesitu dan dimintai tolong ini
itu dengan gayanya yang ramah dan tidak songong. Di Dafis ini saya
berkesempatan juga untuk diajak oleh Bapak Richard mengikuti rapat eksekutor,
Konsul Kehormatan dari Negara Pengirim. Gue udah siap-siap ngomong bak bahasa
inggris lancar saat dirapat nanti, pas gue ke ruangan, hari itu Kamis kita
harusnya rapat dengan konhor dari Uruguay, ternyata konhor Uruguay itu orang
Indonesia, lah gue kira bule. Ternyata, setelah dijelaskan konhor itu harus
WNI, dia ditunjuk oleh negara-negara yang tidak mampu membuka kedutaan disini,
atau Negara yang belum memubutuhkan untuk membuka Kedutaan disini, sebagai
gantinya mereka menunjuk seorang pengusaha atau apalah yang jelas mereka harus
orang kaya, karena apa? Karena mereka konsul kehormatan yang berarti mereka
harus membiayai kantor mereka sendiri, dan tanpa mendapat gaji. Gue cuma
manggut-manggut aja saat pak Direktur menjelaskan itu semua diruang rapat. Konhor
dari Urugauy ini bernama bu Melisa, dia terlihat bak ibu-ibu sosialita dengan
tas sisik ularnya, tapi gue kiranya dia agak sedikit gak pinter-pinter amat
sebenernya buat jadi konhor yang penting mah kaya aja. Pas pak Dir tanya ke ibu
itu ”Jadi, ibu Melisa ini usaha apa ?” dia menjawab dengan nada entah itu
rendah diri atau sombong dengan merendah ”Ah…saya cuma usaha kecil-kecilan
kok Pak, Cuma punya homestay 7 aja sama hotel di Jogja, ya sama kafe kecil aja.
Ya kebetulan aja sering rame, jadi ya ada terus duitnya” Dalam hati gue,
ANJIRRRRRRR dia bilang (((usaha kecil-kecilan))) tapi disebutin semua. Gue masih
ngurut dada saat keluar dari ruangan, esok harinya, gue juga diminta kembali oleh
pak Richard untuk Rapat Konhor dari Namibia, kali ini gue udah lebih siap dari
kemaren soal kekayaan yang bakal disombongin dirapat nanti. Gue memasuki ruang
rapat dan menemui seorang bapak agak tua dan seperti keturunan cina, entah
ketika rapat sedang berjalan pak Dir tidak menanyakan hal seperti biasanya saat
dirapat konhor kemaren “Jadi..anda usaha apa?” padahal itu yang gue
tunggu-tunggu. Lumayan kan, ketemu pengusaha-pengusaha tingkat nasional disini.
Pas selesai rapat gue melihat CV beliau, bapak Yaya Winarno Januardy, pantesan
Pak Dir gak tanya usahanya, ternyata Bapak Yaya ini adalah direktur utama di
Rajawali TV, Ekspress Taxi dan pemilik hotel di Bali, Jakarta, Lombok dll. ya
ampuunn gue merasa beruntung saat beliau tak segan berbincang-bincang dengan
rasa kepenasaran saya, beliau memberi sedikit ilmunya tentang mindset business yang
ia geluti sekarang. Dan berakhirnlah minggu pertama gue disubdit DAFIS ini.
Diminggu
kedua saya magang, saya rotasi ke subdit Perpajakan dan Prasarana, disini gue
dicoba dengan meja kerja gue yang komputernya rusak, sehingga bakal terlihat
jelas kegabutan yang gue alami selama gak ada kerjaan. Gue akhirnya meminta
kerjaan kepada ibu-ibu tua nan ramah, bernama ibu Woro, beliau memberi saya
tumpukan berkas disposisi untuk mengechek nilai pajak dan juga meminta saya
membuat surat balasan untuk penolakan restitusi pajak Misi Korea untuk ASEAN. Cukup
membingungkan, karena gue belum pernah bikin nota diplomatik macam itu, setelah
gue mengandalkan bahasa inggris gue yang seadanya ini akhirnya gue nyelesein
nota diplomatik tadi dengan harapan grammar gue gak malu-maluin. Hehehe. Dihari
berikutnya, gue mencoba ganggu bu Woro lagi, namun bu Woro meminta bapak Tata
untuk memberikan saya pekerjaan, akhirnya beliau meminta saya duduk dimejanya
dan mengisi data jenis dan jumlah pajak yang masuk dari Amerika Eropa, jujur
banyak banget yang harus gue bolak-balik kertasnya untuk mengisi semua table
itu, bak gue yang nervesan, akhirnya gue masih salah-salah dikit pas input data
itu. Namun, pas bapak Tata tadi menunggui pekerjaan saya, beliau berbasa-basi menanyakan
nama saya, ‘nama saya Siska pak” bu Woro dengan celetuknya langsung membalas
percakapan kami ‘Wah.. pak Tata ketemu anaknya disini, namanya Siska juga tuh
anaknya pak Tata ” gue Cuma senyum iseng menandakan kebetulan ini. Selama seminggu
ini, saya terus membantu pak Tata seperti biasa, dengan khasnya yang santai dan
ramah beliau selalu menuggui pekerjaan saya dan duduk disebelah gue sambil
nawari makanan-makanan yang ia bawa sedangkan gue masih sok jaim gitu deh. Bu Woro
kembali nyeletuk pas melihat kami sedang serius bekerja ‘Wah pak Tata
mentang-mentang pas sama Siska aja ditungguin terus, pas Rina disitu aja
ditingga terus” pak Tata menjawab santai ‘Namanya juga udah kayak anak sendiri
buk” jawab pak Tata santai. Gue cuman mendem senyum dan haru pas gue denger
obrolan mereka yang udah nganggep gue sebagai anak sendiri cuman gara-gara nama
gue sama kayak nama anaknya hehehe. Akhir pekan diminggu kedua ini ditutup
dengan gue lagi-lagi berkesempatan ikut rapat dengan Atase Kedutaaan Yunani,
gue pun diberi kartu identitas Atasenya, dan mengikuti rapat dengan santun. Dan
siangnya, disusul oleh rapat intern subdit ini dengan gado-gado gratis dari
rapat.
Diminggu
ketiga kali ini, gue menempati subdit Pengawasan, Perijinan, dan Bangunan. Gue berada
disubdit gabut dengan kasubditnya yang lebih gabut daripada gue, karena
kegabutannya yang entah banyak kerjaan dan dikerjain staffnya atau memang lagi
gak banyak kerjaan Bapak Budi meminta saya datang keruangannya dan menjelaskan
tentang tugas disubditnya, dengan sok-sok mendengarkan gue tanya-tanya hal yang
gak penting seperti ”Jadi sebenarnya, pas pengawasan itu kita yang ngawasi atau
siapa sih Pak ?’ SUMPAH itu gak penting banget gue tanyain jelas-jelas gue
tahu kalo yang ngawasin kunjungan Pejabat Negara adalah Polri atau KPK
eh..salah maksudnya Polri atau TNI. Ehehehe dan hal lain lagi, satu jam
setengah gue gak bisa keluar dari kegabutannya adalah, gue berbincang-bincang
mengenai sekolah, mengenai pengalaman beliau saat masuk di Kemlu, sampai
pengalaman beliau untuk S2 ke Australia, jujur gue gak percaya Bapak segabut
itu dulu lulusan Mones University, atau jangan-jangan dia lulusan Monas
University kali ya. Hihihi hal lain yang bikin gue semakin gabut adalah… kita
tukeran nomor hp sampai nomor hp bokap gue, gara-gara gue bilang kalo gue asal
Jepara dan beliau langsung cerita kalo dia bakal buat rumah nanti pas udah
pensiun, dia mau cari furniture-furniture dikota gue dan sebagainya yang
mengharuskan gue ngasih nomor satu keluarga ke beliau.
Memasuki
minggu ke empat magang, gue menempati subdit diluar jangkauan. Subdit Rantor
dan Barang, luar jangkuannya karena subdit ini berbeda, ruangan mereka disekati
oleh ruang kaca, ya ibaratnya ekslusif gitu, gue sebenernya agak takut
kalo-kalo gue bakal gabut disana, tanpa komputer dan tanpa kerjaan. Gue cuma heran
mereka semua sangat-sangat serius setiap kerja, ngadep komputerya non-stop dan
sama sekali gak ada obrolan terjadi. Gue makin gabut aja disana, karena gue
takut ganggu kesibukan mereka saat sedang serius-seriusnya. Ya soalnya gue juga
gak bisa bedain kapan mereka serius dan gak serius. Akhirnya gue di briefing oleh bapak Boni,
beliau menjelaskan tentang kerjaan mereka disini, beliau bahkan menjleaskan
dengan sangat detail dan menggebu-gebu berharap gue tahu. Padahal, gue Cuma iya-iyain
aja pak Boni ngomong apa. Heheheh seminggu disini gue lebih memilih untuk ke
DAFIS karena gue ngerasa gak nyaman di ruang itu, orang-orangnya, pekerjaannya,
dan suasananya membut gue gak betah lama duduk tanpa kerjaan. Akhirnya, gue meminta kerjaan ke
Pak Richard atau Pak Agus. Ya susah sih kalo udah nyamannya di DAFIS gue bisa
apa?
Memasuki minggu kelima, gue
kembali ke zona awal gue pas minggu pertama, zona ternyaman gue selama disini. Subdit
DAFIS, gue lebih banyakan mengulangi kerjaan yang sama seperti membuat kartu TIK
dan rekap data, dan yang paling penting Youtube-an gue lancar pas disana. Eheheheh..
tapi udah 2 hari ini gue gak liat pak Richard masuk, padahal ini adalah
hari-hari terkahir gue disini, di Kemlu. Sebelum perpisahan Rabu sore besok,
gue udah begadang buat garap laporan yang cuma dikasih waktu satu malam oleh
pembimbing gue, gue juga udah persiapain macam farrewell speeech buat besok. Kebetulan
sekali, setelah 2 hari pak Richard gak masuk hari itu beliau datang dan entah
kenapa beliau senyum-senyum terus saat datang. Kemudian gue mencoba mengingatkan kepada pak
Richard ”Pak… nanti kita pada perpisahan. Pak Richard ikut kan?” dia hanya
mengaggukan kepala, dan bersedia ikut sore nanti. “Eh tapi gue mau ke mobil
dulu tidur bentar, kepalaku pusing nih” gue hanya mengiyakan. Tapi saat
Farrewell speech, gue kecewa. Pak Richard gak kunjung balik, gue juga lebih
kecewa kenapa yang hadir disana hanya Pak Direktur, Kasubdit-kasubdit dan diplomat-diplomat doang
yang boleh ikut, kenapa staf-staf biasa seperti Pak Tata, Pak Agus, Bu Woro gak
diajak ikut Farrewell internship kita, gue kecewa aja padahal kita kan kerja gak
cuma sama para diplomatnya, gue kecewa kenapa orang-orang yang bikin gue
nyaman dan betah disini justru gak hadir pas perpisahan. Sedih, gue
sampai nangis pas gue udah perjalanan pulang dari kantor. Mungkin campur rasa
haru karena kita benar-benar disambut disana, setidaknya gue ngerti bahwa kita
datang untuk pergi. Jadi, gue harus siap untuk berpisah dengan mereka semua. Yang
gue tahu gue sangat-sangat-sangat-sangat beruntung bisa menginjakkan kaki gue
di Kementerian Luar Negeri RI. Terima
Kasih Direktorat Fasilitas Diplomattik, Hope someday I would enter the office
not to be the intenrshpi student anymore but the diplomat. Amin.
mbak kalau mau daftar magang caranya gimana sih? bisa minta kontaknya buat2 tanya2 gt mbak hehe maksihh
ReplyDeleteKamu bisa cek info dan ayarat magang di portal kemlu.go.id kalau aju dulu ngirim surat permohonan magang ke direktorat yg mau aku masuki.
ReplyDeleteseru banget deh, jurusan apa ya kak? btw subscribe balik yah! eheh aku Nopuse Interior UI ;) http://nopuse.blogspot.com/
ReplyDeleteHai.. thank you for visiting my blog. Gue jurusan Sastra Inggris UNNES Semarang. Okay :)
ReplyDeleteKak boleh mnta pin bb buat nanya2... Interest bget sama cerita mbk magahg di kemlu. Thanjs mbk ya cerita inspiratifnya. :)
ReplyDeletekak kalo anak akuntansi nyambung ga sih kalo magang disana?? ada gak bagian keuangannya?
ReplyDeletekak cara daftarnya gimana ya?
ReplyDeleteMba kmaren mba daftar ke direktorat apa? Di web yg biasa nerima magang yg bppk itu mba . bnr kan?
ReplyDeleteSyarat2 magang di kemenlu apa aja sih? Dan apa aja yg kita harus tau (pengetahuan) buat masuk ke kemenlu? Makasih
ReplyDeleteLike it! Mau banget deh magang di kemenlu kaya kak Siska. How lucky you are, Kak!
ReplyDeletekak boleh minta pin atau line?
ReplyDeletembak kalau dari PTS susah nggak ya masuknya kesana
ReplyDeleteWaw baru baca post ini, pas baca di atas "dari Semarang" ku kira dari univ tetangga, begitu baca komen eh ternyata kita se univ mbak, beda fakultas beda tahun juga pastinya. Hebat mbak bisa magang disana, wah jadi agak menyesalkan dulu sastra Inggris saya masukin ke pilihan kedua ��
ReplyDeleteHalo, semuanya maaf sekali ga sempat melihat komentar2 kalian tentang menanyai saya secara personal atau mengenai cara masuk kemlu. Well, sebenernya magang ke kemlu itu gampang gampang susah caranya. Yg paling penting adalah, dari universitas kalian menyediakan link atau relasi dri orang yg bisa di hubungi di kemlu untuk menanyai sewaktu2 apa kiranya kalian bisa masuk di direktorat mana yg sedang kosong anak magang. Karena anak magang di kemlu tuh buanyak sekali, hehe.
ReplyDeleteYang kedua, kalo emg univ kalian ga ada relasi disana atau MOU dengan kemlu, kalian bisa meminta surat dr univ kalian untuk permohonan magang jauh2 hari sebelumnya ya. Catat, jauh jauh hari, karena kalau lewat email sanagat tidak memungkinkan jadi tetep harus melalui pos. Bahkan, kalau pun sudah samapai ke kemlu surat kita, belom tentu ada yg megang surat kita kalau tujuannya ga jelas. Aku dulu sampai kirim surat 4x karena kita cuma lampirin kemlu dan direktorat nya, kurang spesifik penerimanya. Kalah belom di respon, kalian coba hubungi kantor tempat kalian magang.
Halo, semuanya maaf sekali ga sempat melihat komentar2 kalian tentang menanyai saya secara personal atau mengenai cara masuk kemlu. Well, sebenernya magang ke kemlu itu gampang gampang susah caranya. Yg paling penting adalah, dari universitas kalian menyediakan link atau relasi dri orang yg bisa di hubungi di kemlu untuk menanyai sewaktu2 apa kiranya kalian bisa masuk di direktorat mana yg sedang kosong anak magang. Karena anak magang di kemlu tuh buanyak sekali, hehe.
ReplyDeleteYang kedua, kalo emg univ kalian ga ada relasi disana atau MOU dengan kemlu, kalian bisa meminta surat dr univ kalian untuk permohonan magang jauh2 hari sebelumnya ya. Catat, jauh jauh hari, karena kalau lewat email sanagat tidak memungkinkan jadi tetep harus melalui pos. Bahkan, kalau pun sudah samapai ke kemlu surat kita, belom tentu ada yg megang surat kita kalau tujuannya ga jelas. Aku dulu sampai kirim surat 4x karena kita cuma lampirin kemlu dan direktorat nya, kurang spesifik penerimanya. Kalah belom di respon, kalian coba hubungi kantor tempat kalian magang.
btw kemlu dapat uang saku atau hanya menyediakan tempat magangnya saja?
ReplyDeletePermisi ka siska boleh minta kontak person di kemenlu nya?
ReplyDeleteTolong balas di email.
Arya.bellamyy@gmail.com